Tiu Teja |
Namun sebenarnya kabupaten ini memiliki lebih dari itu. Sebagai wilayah yang dikelilingi oleh Gunung Rinjani dan pegunungan-pegunungan disekitarnya, Kabupaten Lombok Utara memiliki panorama alam luar biasa yang sangat potensial menjadi penggenjot ekonomi apabila dikembangkan dengan terus menjaga kelestariannya.
Selain bentangan pantai-pantai berpasir putih dan keindahan bawah laut di sekitar pulau Gili, Lombok Utara juga memiliki lembah dan hutan primer basah dengan berbagai macam pepohonan yang besar dan tinggi menjulang. Selain itu, Lombok Utara adalah kabupaten di NTB yang paling banyak memiliki obyek wisata air terjun.
Salah satunya adalah Tiu Teja, air terjun yang terletak di Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, sekitar 80 km dari kota Mataram, ibu kota Propinsi NTB. Inilah salah satu air terjun yang airnya mengalir dari Danau Segara Anakan di puncak Gunung Rinjani.
Kawasan air terjun “Tiu Teja” yang berada pada jarak kurang lebih 3 km dari desa Santong tersebut kini telah dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua sampai ke areal parkir gerbang obyek Wisata tersebut. Pengunjung yang membawa kendaraan roda empat, harus turun di batas desa dan berjalan kaki kira-kira 2 km. Cukup melelahkan, karena rutenya terus menanjang. Akan tetapi penduduk sekitar biasanya akan menawarkan jasa ojek hingga ke pintu gerbang air terjun cukup dengan membayar sepantasnya.
Dari gerbang pengunjung harus menuruni jalanan sempit yang cukup curam sekitar 300 meter, yang sejak 2 tahun lalu telah dibuatkan tangga permanen yang memudahkan pengunjung. Nah, di sepanjang tangga menurun inilah kita disuguhi hutan primer serta puluhan monyet ekor panjang dan lutung hitam yang melompat dari dahan ke dahan. Sensasi suara pohon yang berderak digoyang angin, suara monyet yang bermain-main di dahan, akan makin lengkap ketika ditambah suara gemuruh air terjun mulai terdengar sejak 5 menit kita menuruni tangga.
Lutung hitam (Trachypithecus) |
Pada musim penghujan, keduanya mengalir sempurna dengan ukuran sama besar, sedangkan di saat musim kemarau ketika debit air berkurang, terjunan air sebelah kiri hanya mengalirkan sedikit air.
Keunikan lain adalah ketika mendapat sinar matahari, sewaktu waktu akan muncul sinar pelangi diantara bias titik-titik air yang meluncur ke bawah. “Akibat seringnya terlihat sinar pelangi di air terjun, masyarakat setempat akhirnya memberikan nama Air Terjun Tie Teja”. Kata Haji Artim, penjaga Hutan Kemasyarakatan (HKm) Santong, tempat dimana air terjun ini berlokasi. Dalam bahasa lokal-masyarakat Suku Sasak, “Teja” memang berarti Pelangi.
Meskipun terletak di tengah hutan dengan akses yang masih terbatas, keasrian air terjun ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pengunjung yang tidak mengindahkan aturan mengenai larangan membuang sampah sembarangan.
Ketika tim Mongabay mengunjungi obyek wisata tersebut, terlihat beberapa anggota Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Desa Santong mengumpulkan sampah-sampah plastik dan botol minuman yang dibuang di sepanjang tangga dari area parker ke area air terjun, sementara yang lain mencoba menghapus coretan-coretan di bangunan toilet yang sudah dibangun oleh Pemda Lombok Utara.
Hutan Santong dengan latar belakang air terjun Tiu Teja di Lombok Utara, NTB |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar